Senin, 21/07/2008 13:00 WIB
Laporan dari Amerika Serikat
Novianti Fathiastuti - detikNews
Washington DC - Jumlah koran di Amerika Serikat terus menurun sejak tahun 1959. Tercatat sebanyak 300 ribu koran telah tutup sejak itu. Demikian disampaikan oleh Gene Mater, Media Consultant dari Freedom Forum."Keuntungan dari koran itu hanya 25 persen," kata mantan wartawan CBS ini kepada detikcom di kantor Freedom Forum, Pennsylvania Avenue, Washington DC. detikcom berkesempatan bertemu dengannya dalam rangkaian International Visitor Leardership Program (IVLP) selama 3 minggu yang disponsori Deplu AS.Mater menyebutkan bahwa telah terjadi perubahan dalam cara mengkonsumsi berita seiring dengan berubahnya kehidupan masyarakat."Saat ini di Amerika tercatat ada 1.437 koran harian dengan 60 persen di antaranya beroplah 50 ribu eksemplar dan semua dikelola oleh swasta. Ada 1.600 televisi dan 13 ribu stasiun radio, 6.700 majalah dan koran yang terbit mingguan dan 400 TV kabel yang berasal dari luar Amerika Serikat," jelas wartawan yang baru saja menerima penghargaan dari pemerintah Jerman atas jasanya mendorong kebebasan pers di negara-negara baru ini.Analisa Wally Dean, wartawan senior yang sekarang menjadi direktur online broadcast di Committee of Concerned Journalists (CCJ), juga mengatakan hal yang serupa. Dean menegaskan bahwa oplah koran memang terus menurun, dan terjadi penurunan sebesar 1 persen setiap tahunnya dalam 20 tahun terakhir ini. "Penonton berita sore menurun 50 persen dalam 30 tahun terakhir dan penonton TV yang menayangkan berita lokal menurun 20 persen, di seluruh TV lokal di Amerika dalam 20 tahun terakhir ini," jelas Dean. "Sekarang lebih banyak orang yang tinggal di pinggir kota, yang harus berangkat lebih awal dari rumah untuk menuju ke kantor, sehingga tak sempat lagi membaca koran pagi. Mereka pun pulang ke rumah sudah malam, dan terlalu capek untuk membaca koran atau pun untuk menonton berita malam," lanjutnya kepada detikcom di kantor CCJ, 14th Street Washington DC.Perubahan konsumsi masyarakat akan berita pun kemudian bergerak menuju pertumbuhan media online. "Saat ini 50 persen pembaca koran beralih menjadi pembaca media online," kata Dean. Dia juga menjelaskan bahwa tren ini semakin meningkat dan mendukung semakin suburnya pertumbuhan media-media online, apakah itu versi online dari media cetaknya atau pun yang hanya berupa media online," kata Dean.
Pertumbuhan ini bukan hanya menyenangkan bagi Dean, tapi juga meresahkan. "Ketika 50 persen pembaca koran berpindah ke media online, tetapi hanya 8 persen pengiklan yang kemudian pindah beriklan ke media online. Mereka masih tak percaya bahwa beriklan di media online itu efektif," jelasnya.Karena terjadi penurunan pembaca media konvensional, Dean mencatat telah terjadi pengurangan karyawan di sejumlah perusahaan media yang menyebabkan para wartawan kehilangan pekerjaannya. Dalam rangka efisiensi, perusahaan media mengganti karyawan yang bergaji besar dengan karyawan yang bergaji lebih rendah, atau bahkan tidak digantikan sama sekali. Juga ada beberapa pekerjaan yang bisa digantikan fungsinya oleh komputer, seperti editor bahasa dan ejaan. "Bahkan ada koran di Los Angeles yang sedang mencoba proses redaksionalnya dilakukan di India," kata penulis buku We Interrupt this Newscast ini."Lima tahun lalu kami percaya bahwa dengan adanya media baru ini masalahnya adalah perpindahan wartawan ke media baru itu sendiri, tapi sekarang kami tak percaya itu lagi, karena yang juga harus berpindah adalah para pengiklan," ungkap mantan wartawan CBS News ini.Kekhawatiran Dean sangat beralasan, karena menurutnya media online yang populer seperti huffingtonpost.com pun sampai saat ini belum bisa menghasilkan keuntungan. "Media online saat ini masih dilihat hanya sebagai investasi saja, dan selama ini mereka bisa bertahan karena merupakan subsidi silang dari unit bisnis yang lain," jelas dia.(nrl/asy)
Pertumbuhan ini bukan hanya menyenangkan bagi Dean, tapi juga meresahkan. "Ketika 50 persen pembaca koran berpindah ke media online, tetapi hanya 8 persen pengiklan yang kemudian pindah beriklan ke media online. Mereka masih tak percaya bahwa beriklan di media online itu efektif," jelasnya.Karena terjadi penurunan pembaca media konvensional, Dean mencatat telah terjadi pengurangan karyawan di sejumlah perusahaan media yang menyebabkan para wartawan kehilangan pekerjaannya. Dalam rangka efisiensi, perusahaan media mengganti karyawan yang bergaji besar dengan karyawan yang bergaji lebih rendah, atau bahkan tidak digantikan sama sekali. Juga ada beberapa pekerjaan yang bisa digantikan fungsinya oleh komputer, seperti editor bahasa dan ejaan. "Bahkan ada koran di Los Angeles yang sedang mencoba proses redaksionalnya dilakukan di India," kata penulis buku We Interrupt this Newscast ini."Lima tahun lalu kami percaya bahwa dengan adanya media baru ini masalahnya adalah perpindahan wartawan ke media baru itu sendiri, tapi sekarang kami tak percaya itu lagi, karena yang juga harus berpindah adalah para pengiklan," ungkap mantan wartawan CBS News ini.Kekhawatiran Dean sangat beralasan, karena menurutnya media online yang populer seperti huffingtonpost.com pun sampai saat ini belum bisa menghasilkan keuntungan. "Media online saat ini masih dilihat hanya sebagai investasi saja, dan selama ini mereka bisa bertahan karena merupakan subsidi silang dari unit bisnis yang lain," jelas dia.(nrl/asy)
2 comments:
Nice Profile.........
Thanks for your come in my blog. Nice to meet you. see you next time.
Post a Comment